Minggu, 22 April 2018

MENJALIN SILAHTURAHMI..., MEMPERKUAT ORGANISASI


MENJALIN SILAHTURAHMI..., MEMPERKUAT ORGANISASI

Tentu kita sepakat, bahwa menjalin komunikasi dalam sebuah organisasi adalah sesuatu hal yang sangat mutlak untuk dilakukan. Adapun cara menjalinan komunikasi dalam sebuah organisasi ada berbagai macam bentuknya, salah satunya adalah bersilaturrahmi.

Beberapa waktu lalu tepatnya pada tanggal 21 April 2018, Pimpinan Wilayah Nasyiatul Asyiyah Yogyakarta kedatangan tamu PW PERSIS DIY, dengan dihadiri 10 orang dari PERSIS DIY. Tujuan dari kedatangan PERSIS tersebut dalam rangka “silahturahmi antar organisasi DIY”, sebagai wujud apresiasi antar organisasi.

Sebagai organisasi baru berdiri tepatnya tahun2015 yang diketuai oleh Imas Dini, PERSIS melakukan silaturahmi ke PWNA DIY, agar tercipta sebuah jalinan komunikasi yang baik dan kuat antar organisasi. komunikasi yang baik adalah bentuk penguatan organisasi agar kesolidan dan militansi anggota meningkat, dan antar organisasi dapat saling berintergrasi.



MEMBUMIKAN KARTINIISME: SEBUAH GERAKAN BAGI MEDIA MASSA BERVISI GENDER


MEMBUMIKAN KARTINIISME: SEBUAH GERAKAN BAGI MEDIA MASSA BERVISI GENDER



Inilah Indonesia……………..!!!!!!!!!!!!!, sebuah negara yang hanya mampu menghargai karya besar para pencetus isme-isme produksi pemikiran anak bangsa dengan sebuah ritual kebangsaan, tanpa memperdulikan sampai kapan isme-isme tersebut tetap hidup dan menyatu dalam tubuh sosial anak bangsa. Hingga sepanjang tahun, bangsa kita disibukan dengan peringatan hari-hari besar untuk menghargai karya anak bangsa, termasuk hari Kartini pada tanggal 21 April. Hari Kartini merupakan simbolisasi nyata perjuangan seorang Raden Adjeng Kartini (Raden Ayu Kartini) seorang tokoh perempuan Jawa dan pahlawan nasional yang penuh kelembutan, kecerdasan, tekad bulat dan keras demi perjuangan masa depan anak bangsa yang saat itu tertindas oleh sistem sosial masyarakat Jawa yang menempatkan perempuan pada kelas dua dengan wilayah dometik sosial “sumur, dapur, dan kasur”.

Kartini, Kartini adalah ruh bangsa Indonesia, Kartini adalah gagasan besar bangsa, Kartini adalah inspirasi bangsa, maka bangsa ini harus mampu memproduksi Kartini-kartini muda yang mampu membawa Indonesia keranah yang lebih berkeadilan. Kartini bukan hanya perempuan dalam bentuk nyata “sosok tubuh wanita Jawa dan pahlawan perempuan”, namun Kartini sudah menjadi isme (paham) bangsa yang seharusnya menyatu dalam relung hati anak bangsa. Sehingga, hematnya sebuah rutinitas ritual penghargaan bagi anak bangsa sekelas Kartini tentunya Akan tetapi, bangsa ini selalu terseok dalam suatu kegagalan demi suatu pencapain yang tertinggi, kejadian demi kejadian pun terlewati, waktu terbuang percuma dan tak berharga. Untuk membangun dan menghubungkan satu peristiwa simbolik dengan isme-nya telah hilang ditelan pengkotak-kotakkan anakronistik. Padahal dari perjalanan gerak figur-figur pembawa perubahan dalam melahirkan suatu paradigma besar bangsa yang mampu melintasi zaman, kita dapat merasakan gagasan-gagasan besar dan abstrak menjadi bernyawa, sebab bangsa ini tersusun dari kepingan-kepingan ruh para anak bangsa yang mencintai bangsa ini dengan malahirkan gagasan besar.

Kartini bukan hanya manusia tidak cukup, apalagi jika bangsa ini kemudian menjadikan Kartini sebagai simbolisasi rutinitas ritual penghormatan dengan hanya upacara, pake kebaya, perlombaan, dan kegiatan yang bernuansakan perempuan lemah, apalagi jika degresifisme paradigma yang memaksa kembali dalam wujud filsafat “sumur, dapur, dan kasur”. Ritual penghormatan boleh saja, tapi kemudian esensi penghormatan bangsa jangan dikaburkan dengan realitas nyata. Harus adanya pelembagaan kartiniisme sebagai pemikiran original anak bangsa yang mampu mendobrak struktur sosial masyarakat patriarki.
 

Untuk itu, harus ada upaya bangsa dalam menghargai sosok Kartini, bukan hanya mengenal manusianya, mengenal perjuangannya, tetapi juga mengenal isme-nya yang saat ini hampir pudar ditelan masa kapitalisme. Pandangan-pandangan original gerakan sosial perempuan oleh Kartini dalam mendobrak sistem sosial yang merugikan kaum perempuan harus tetap dilestarikan sebagai ideologi kaum perempuan bangsa Indonesia. Sehingga membumikan “Kartiniisme” dalam paradigma besar gerakan kaum perempuan mencapai kesetaraan dalam berbagai bidang, hal ini sangat wajar sebab Kartiniisme merupakan wujud pemikiran anak bangsa Indonesia yang benar-benar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mewujudkan tatanan sosial masyarakat Indonesia yang berkeadilan gender, apalagi mewujudkan tatanan media yang memiliki visi gender.
Membumikan Kartiniisme: Konstruksi Media Massa Bervisi Gender
Ketimpangan konstruksi gender dalam sebuah masyarakat patriarki, seperti Jawa (khususnya) dan Indonesia (umumnya) diterima secara serta merta dan dianggap sesuatu yang wajar oleh masyarakat, namun sayangnya media massa justru tidak kritis dalam melihat ketimpangan ini, banyak media massa di Indonesia yang cenderung membeo dengan realitas patrarki dan mengabadikan representasi ketidakadilan gender melalui pelbagai produk informasi.
Lagipula, persoalan gender sebenarnya tersimpan dalam tubuh organisasi media itu sendiri. Untuk menjalani profesi yang berada di male dominated route ini, umpamanya perempuan jurnalis harus dapat membuktikan kemampuan mereka tiga kali lipat ketimbang jurnalis laki-laki dan memiliki tanggungjawab pribadi, sosial, dan profesionalisme. Tanggungjawab pribadi berkenaan dengan produksi tubuh yang bersifat kodrati, misalnya haid, hamil, dan lainnya yang merupakan salah satu bentuk tanggungjawab terhadap Tuhan. Tanggungjawab sosial merupakan tanggungjawab yang sangat berat, sebab harus menembus dimensi-dimensi kelas, dimensi pradigma yang membeku dalam tradisi patriarki, sehingga keinginan menjadi jurnalis perempuan masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan bahkan media massa itu sendiri. Tangggungjawab profesionalisme dalam bekerja, tantangan profesionalisme seorang jurnalis perempuan lebih berat dari pada seorang laki-laki, jurnalisme perempuan harus menghadapi kendala kodtrati dalam bekerja (haid, hamid) dan terkadang industri media massa terkadang memperlakukan perempuan yang melewati batas-batas hak kodrati, dan terkadang perempuan dianggap mahluk lemah, misalnya tidak adanya cuti haid, sebab haid akan menunda pekerjaan dan mengurangi rasa profesionalisme.
 

 Seharusnya paradigma media massa dalam hal ini mulai dikurangi, dengan mulai membumikan kartiniisme, dengan menjadikan sosok Kartini sebagai ideologi inspirastor bagi langkah gerak jurnalisme perempuan yang tahan banting terhadap realitas. Sebab Kartiniisme merupakan wajah perempuan yang mampu merubah paradigma kaum perempuan dengan mencoba mengajarkan kepada perempuan-perempuan Jawa untuk mengenal dunia, dan mencoba memaknai sebuah perwujudan kesadaran perempuan dengan mengambil bentuk-bentuk yang pada zamannya tidak lazim dikaitkan dengan pendeskreditan kaum perempuan.

Ada beberapa tolok ukur sebuah media massa yang membumikan Kartiniisme, yaitu: Pertama, secara internal media massa memberikan peluang yang sama dalam perekrutan pekerja media (wartawan, dan lainnya), tanpa adanya diskriminasi gender, dan memberikan kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan dalam industri media. Namun sampai saat ini, menurut penulis bahwa membumikan Kartiniisme dengan tolok ukur pertama ini sudah mulai dilakukan oleh industri media, namun dalam prosesnya masih banyak diskriminasi gender, misalnya: seorang kameramen harus laki-laki, karena perempuan orang yang lemah sehingga tidak mampu menjadi cameramen, dan lainnya.
Kedua, tolok ukur membumikan Kartiniisme dengan merepresentasikan perempuan dalam wajah media, media mulai berubah diri dalam hal merubah paradigma media yang dulunya patriarki kearah keadilan gender, sehingga tidak lagi mereperesentasikan perempuan sebagai objek lemah dan ladang bisnis yang harus dijual untuk mendapatkan keuntungan. Perempuan harus dikembalikan kepada kodratnya sebagai mahluk yang tidak berbeda dengan sosok laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk berkembang, dan meniti karir layaknya seorang laki-laki. Untuk itu gerakan membumisasikan Kartiniisme melalui media massa dalam hal program-program yang ditawarkan tidak merugikan keberadaan perempuan, apalagi memperkuat budaya patriarki. Harus adanya paradigma media massa yang bervisi Kartiniisme, ketika media massa tidak memiliki semangat perwujudan isme dari sosok Kartini, maka media dapat semaunya “menjual tubuh” perempuan ke publik. Tolok ukur tersebut merupakan tolok ukur media massa dalam membumikan Kartiniisme.
Membumikan kartiniisme sebagai ideologi gerakan media massa bervisi gender harus dilihami dari misi filosofis Kartiniisme sebagai paham yang membebaskan kaum perempuan dari cengkeraman patriarki dan kartiniisme menjadikan perempuan Indonesia yang produktif dan progresif, bukan perempuan dalam dunia media massa yang dijadikan tempat domestik pelengkap saja, teta
pi ikut berperan aktif dalam membongkar dunia, melalui teamwork dalam suatu media massa. “Mari berfikir untuk semua”.
“21 April 2018”, Selamat Hari Kartini Anak Bangsa, Jadilah Kartini-Kartini Muda dan Generasi Penerus Kartiniisme.

Minggu, 15 April 2018

KEGIATAN KIK 2018


PROGRAM KIK  PWNA DIY
2018 
 
Salah satu ciri manusia modern adalah keanggotaannya dalam berbagai organisasi, yang bertujuan untuk mencapai tujuan meningkatkan taraf hidup yang berintegritas. Alasan utama adalah karena semakin kompleksnya kebutuhan sehingga manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya itu secara perorangan. Oleh karena itu dikatakan bahwa organisasi dicirikan oleh perilakunya yang terarah pada tujuan.
maka KIK PWNA DIY periode 2016 - 2020 membuata terbosan baru dengan membuat perencanaan program dan penyusunan usulan kegiatan dan pembagian program kerja. Adapun program kerja KIK PWNA DIY adalah:
 

  • Pelatihan Desain poster bekerjasama dengan MPI PWM Yogyakarta yang akan dilaksanakan pada Ahad, 13 Mei 2018 bertempat do UAD 5
  • Bulletin dengan tag line  "suara perempuan muda berkemajuan", kegiatan ini di rencanakan akan Launching saat hari kartini 2 Mei 2018.
  • Silaturahmi KIK DIY 
  •  Pengelolan IG, FB, BLOGSPOT dengan memanfaatkan media sosial, serta gagasan dan rancangan WEBSITE PWNA DIY 
Perencanaan program sangat penting bagi perkembangan organisasi. Dengan melakukan perencanaan program, maka organisasi sudah yakin dengan keberlangsungan dan aktivitasnya dimasa periodesasi tertentu. Perencanaan program juga membantu setiap pelaku dalam organisasi untuk bertindak sesuai dengan yang diharapkan dan berlangsung secara terencana serta sistematis.
Harapannya juga dalam organisasi memahami kebutuhan organisasi, merencanakan program untuk menjawab kebutuhan di masyarakat dan melaksanakan program tersebut secara bertanggung jawab.

MILAD KE-107 MUHAMMADIYAH

Milad ke 107 Muhammadiyah yang diadakan di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tepatnya Senin 18 November 2019 dan di...