Minggu, 02 Desember 2018

MEMPERINGATI 1 ABAD MUALLIMAT MUHAMMADIYAH



MEMPERINGATI 1 ABAD MUALLIMAT MUHAMMADIYAH

Bertempat di ruang Siti Baroroh Universitas Aisiyah Yogyakarta (UNISA) pada tanggal 25 November 2018 Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta mengadakan kegiatan seminar Internasional. Pembicara Prof. Dr. Rahmah binti Haji Ahmad Osman dari International Islamic University Malaysia, Prof.Dr. R. Siti Zuhro, M.A. peneliti politik dari LIPI, Prof. Dr. Masyithoh Chusnan, M.Ag ketua PP Aisiyah  bidang pendidikan dasar dan menengah. Turut hadir memberikan sambutan Siti Noordjannah Djohantini M.M., M.Si ketua umum pimpinan pusat ‘Aisiyah dan bapak Habib Chirzin.

Menurut Bu Noordjannah bahwa Madrasah Mu’allimin-Mu’allimat sebagai fondasi gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah pada awal berdirinya tahun 1918, 1 tahun setelah berdirinya Aisyiyah pada tahun 1917.Madrasah  hadir  dari pikiran Kyai dan Nyai Ahmad Dahlan. “Sekaligus merefleksikan bagaimana peran yang telah dilakukan dan menjadi fondasi bagi gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah melalui pendidikan Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah,” dalam penyampaian Ibu Agustyani Ernawati, S.Pd, Direktur Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah ,mengatakan Madrasah Mu’allimat mempunyai tanggung jawab untuk mencerdaskan perempuan dalam keagamaan, intelektual, sosial, budaya, dan politik.

Bangsa yang besar dan majemuk seperti Indonesia rentan perpecahan. Kemajemukan tak hanya merupakan kekuatan, tapi juga mengandung kelemahan. Kehadiran perempuan dalam politik kebangsaan penting, di tengah munculnya arus politik yang hendak merusak persatuan dalam berbangsa dan bernegara.”Partisipasi perempuan dalam politik kebangsaan merupakan konsekuensi logis dari hak konstitusional dan demokrasinya sebagai warganegara,” kata Siti Zuhro.
           

Terpilihnya Sunanto Sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah



Terpilihnya Sunanto Sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah

 Setelah terpilih sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto atau biasa disapa Cak Nanto menyatakan tidak akan membawa Pemuda Muhammadiyah ke dalam pusaran politik praktis, hal tersebut disampaikan di Gedung Sportorium UMY pada 28 November 2018 lalu.

"Pemuda Muhammadiyah tidak akan saya seret ke dalam politik praktis," ujar Cak Nanto, Kendati tidak akan terlibat dalam politik praktis, namun, Cak Nanto mengaku tetap akan menggerakkan kader-kader yang memiliki potensi secara individu untuk berpolitik.

Sunanto yang sebelumnya menjabat sebagai Hubungan Antar Lembaga Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah itu mendapatkan 590 suara dari 1.196 daftar pemilih. Mengalahkan calon ketua umum lainnya.

Dalam perhitungan surat suara, Cak Nanto menang dengan cukup meyakinkan, meninggalkan dua pesaing lainnya Ahmad Fanani dan Ahmad Labib. Fanani memperoleh 266 suara dan Ahmad Labib mendapatkan 292 suara. Sedangkan Sukron dan Faisal masing-masing mendapatkan 2 suara. Sementara Andi Fajar 0 suara.

Menurutnya, Perjuangan berat karena nama besar Pemuda Muhammadiyah yang telah dicapai oleh Kakanda Dahnil anzar Simanjuntak begitu besar respek terhadap Pemuda Muhammadiyah, sehingga kepemimpinan ke depan harus lebih kuat, lebih besar dan mampu mengantarkan kader-kader ke orbitasenya.



MUKTAMAR PEMUDA MUHAMMADIYAH



MUKTAMAR PEMUDA MUHAMMADIYAH


Muktamar XVII Pemuda Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Rabu (28/11/2018) memutuskan Sunanto  sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Periode 2018-2022 menggantikan Dahnil Anzar Simanjuntak.
            
 Sunanto biasa disapa Cak Nanto meraih suara terbanyak dengan raihan 590 dari total sebanyak 1.196 pemilih yang menggunakan hak pilihnya pada 28 November atau agenda terakhir Muktamar Pemuda Muhammadiyah itu. Sunanto pada kepengurusan PP Pemuda Muhammadiyah sebagai Ketua Bidang Hikmah dan Hubungan Antarlembaga Periode 2014-2018 itu, menggantikan Dahnil Anzar Simanjuntak yang telah habis masa jabatannya.

Dahnil Anzar Simanjuntak di arena Muktamar Pemuda Muhammadiyah saat proses pemilihan mengatakan, selama empat tahun memimpin organisasi kemasyarakatan itu yang paling berat adalah mengemban amanah dalam menegakkan Amar Makruf Nahi Mungkar. "Empat tahun ini saya memimpin Pemuda Muhammadiyah yang paling berat adalah tentu efek yang saya terima dari komitmen melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar," kata Dahnil.

Dahnil menyebutkan, beberapa di antaranya dalam melakukan pembelaan terhadap terduga teroris Siyono yang tewas, kemudian kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan dan pendampingan-pendampingan terhadap petani. "Dakwah amar makruf nahi mungkar terutama nahi mungkar itu tidak mudah, karena pasti mendapat perlawanan balik dari mereka-mereka yang takut terganggu," katanya pula. Dia juga berpesan kepada Pemuda Muhammadiyah bahwa tugas yang perlu dijaga dan ditingkatkan adalah keberanian dalam kebenaran. "Tugas anak muda itu salah yang perlu dirawat adalah keberanian, keberanian itu kemewahan yang harus dijaga terutama idealisme yang harus terus dijaga," kata dia lagi. (Data diambil dari news okezone.com Kamis 22 November 2018 22:13 WIB )














MILAD KE-107 MUHAMMADIYAH

Milad ke 107 Muhammadiyah yang diadakan di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tepatnya Senin 18 November 2019 dan di...