Dagingnya sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah dan
tidak pula darahnya, akan tetapi ketakwaanmulah yang akan sampai kepada Nya.
Demikianlah Dia menundukkan mereka untuk kamu, supaya kamu mengagungkan Allah
atas petunjukyang Dia telah berikan kepadamu. Dan berikan khabar suka kepa
orang-orang yang berbuat kebaikan. (Al
Hajj:37)
Penyembelihan hewan pada hari raya Idul Adha adalah simbol
pengorbanan yang harus dilakukan setiap orang atas dirinya sendiri. Karena pada
hakikatnya hewan kurban itu kita sendiri yang akan menikmati, sedangkan yang
akan sampai dihadapan Nya adalah ketakwaan yang mendasari pengorbanan kita.
Pengorbanan yang sebenarnya adalah pengorbanan diri atas segala sesuatu yang
dimilikinya. Ketika binatang kurban disembelih melambangkan hilangnya sifat
kebinatangan dalam diri kita.
Katakanlah, Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku,
kemudian Allah akan mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah
maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ali Imran:31)
Ketakwaan yang menjadi dasar sari pengorbanan haru
dilandasi kecintaan, karena kecintaan menjadi unsur untuk memperoleh
keberhasilan dalam pengorban. Allah SWT mencintai hamba Nya yang selalalu
mencintai Nya dan membuktikannya dengan mencintai orang-orang yang dicintai
Nya. Pengorbanan menjadi salah satu sarana untuk membuktikan cinta hamba kepada
Allah SWT, yaitu dengan jalan mengabdikan dirinya kepada utusan Nya yaitu
mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW.
Dimana pengorbanan sudah dijalankan dengan dilandasi
cinta, maka segala apa yang ada pada diri hamba Nya akan diserahkan kepada Nya.
Adakalanya seorang hamba sangat berat untuk menyerahkan apa yang menjadi
miliknya, walaupun sebenarnya tidak ada sesuatu yang benar-benar kita miliki,
karena pada hakikatnya semua yang ada dimuka bumi ini adalah milik Nya. Sesuatu
yang mengikat kita kita hanyalah rasa memiliki, yang terkadang menjadi
penghalang untuk dapat melihat Tuhan. Jika kita telah mampu menyerahkan semua
yang merasa kita miliki kepada Tuhan yang memiliki segalanya, maka dalam
kondisi ini ia mencapai derajat fana fillah dan berhasil menyentuh makna laa
ilaaha illallah. Tentunya hal ini harus disertai dengan keikhlasan, cirinya
adalah adanya kebahagiaan, tidak merasakan beban, yang ada hanya kenikmatan yang
membuatnya ketagihan dan semakin semangat dalam mencintai Tuhan. Kondisi ini
akan membawa seorang hamba pada ruh tertitinggi keikhlasan pengorbanan dalam
mencintai Tuhan yaitu Inna lillaahi wainna ilaihi rajiun.
kami segenap keluarga besar Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Yogyakarta mengucapkan "Selamat hari Raya Idul Adha.."
Penyembelihan hewan pada hari raya Idul Adha adalah simbol pengorbanan yang harus dilakukan setiap orang atas dirinya sendiri. Karena pada hakikatnya hewan kurban itu kita sendiri yang akan menikmati, sedangkan yang akan sampai dihadapan Nya adalah ketakwaan yang mendasari pengorbanan kita. Pengorbanan yang sebenarnya adalah pengorbanan diri atas segala sesuatu yang dimilikinya. Ketika binatang kurban disembelih melambangkan hilangnya sifat kebinatangan dalam diri kita.
Ketakwaan yang menjadi dasar sari pengorbanan haru dilandasi kecintaan, karena kecintaan menjadi unsur untuk memperoleh keberhasilan dalam pengorban. Allah SWT mencintai hamba Nya yang selalalu mencintai Nya dan membuktikannya dengan mencintai orang-orang yang dicintai Nya. Pengorbanan menjadi salah satu sarana untuk membuktikan cinta hamba kepada Allah SWT, yaitu dengan jalan mengabdikan dirinya kepada utusan Nya yaitu mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW.
Dimana pengorbanan sudah dijalankan dengan dilandasi cinta, maka segala apa yang ada pada diri hamba Nya akan diserahkan kepada Nya. Adakalanya seorang hamba sangat berat untuk menyerahkan apa yang menjadi miliknya, walaupun sebenarnya tidak ada sesuatu yang benar-benar kita miliki, karena pada hakikatnya semua yang ada dimuka bumi ini adalah milik Nya. Sesuatu yang mengikat kita kita hanyalah rasa memiliki, yang terkadang menjadi penghalang untuk dapat melihat Tuhan. Jika kita telah mampu menyerahkan semua yang merasa kita miliki kepada Tuhan yang memiliki segalanya, maka dalam kondisi ini ia mencapai derajat fana fillah dan berhasil menyentuh makna laa ilaaha illallah. Tentunya hal ini harus disertai dengan keikhlasan, cirinya adalah adanya kebahagiaan, tidak merasakan beban, yang ada hanya kenikmatan yang membuatnya ketagihan dan semakin semangat dalam mencintai Tuhan. Kondisi ini akan membawa seorang hamba pada ruh tertitinggi keikhlasan pengorbanan dalam mencintai Tuhan yaitu Inna lillaahi wainna ilaihi rajiun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar